Showing posts with label Budaya. Show all posts
Showing posts with label Budaya. Show all posts
Wong Jowo Ojo Ninggal Jawane

Wong Jowo Ojo Ninggal Jawane

Friday, September 26, 2014
Catatan Maznoer - "Wong Jowo Ojo Ninggal Jawane". Mungkin iku tembung sing ti tujuake dateng lare nem-neman ing jaman sak niki. Akeh bocah nom saiki sing pinter tapi podo keblinger, sing seneng utowo bangga nganggo budaya asing sing ora pas karo toto carane masyarakat jawa. Cobo diloken cah cah enom saiki, wis soko pacakane wae, enek sing sok korea, sok ameriki.. eh amerika maksude..xixixi... malah yo enek, ora cah enom wae, wong-wong sepuh yo nganggo pakaian sok arab-araban, diloken kae nek mejid2 pora yo enek sing ngunu kuwi... :D

Kuwi sek bab sepele masalah pakaian,, urung soko sak liyo liyane seng luwih penting yoiku masalah totokromo, anggah ungguh.

 Sak benere wong jowo iku luwih hebat, luwih ampuh, luwih pinter tinimbang bongso liyo liyane.. Conto: Masalah bahasa, "Beras" boso inggrise "rice", sak durunge dadi beras mestine "gabah" kuwi ngono boso inggrise yo "rice", pari=rice, sego=rice, upo =rice, intip = rice, karak = rice,, lan sakpiturute... Lho... ngunu kuwi, man dilok dewe,,, Wong jowo iku sugih boso.. Nggone dewe bosone macem2 wong inggris gur duwe siji... yo ra...

Conto maneh,, Jaman sak iki lek sampeyan dilok fesyien,, opo fesyien ke??? Pakean wis lek ra ngerti fesyien... hahaha... Saiki ki nk Amerika kono modele klambi cewek sing gur nutupi dodo mengisor trus enek belekane tengah,,, Lho kuwi jaman borobudur, penataran wis ono sing ngunu kuwi nek abad 8 Masehi lek ra kleru... Wong jowo biyen ki nganggo tapih sing ti model koyo fesyien amerika saiki abad 21... dado cewek cewek jowo biyen ki seksi... xixixi :D

Mulo, ayo poro cah cah enom saiki,,, diloken to mbah mbahe awake dewe mbiyen ki terkenal dadi wong wong sing linuwih sing hebat gak ono tandinge,, Gajah modo nduweni cita cita sing gede, pengen nyawijekke nuswantoro sing terkenal dadi sumpah palapa. Ayo awake dewe yo kudu nduweni cita cita sing gede ugo.. opo???  yo pikiren dewe,...

Leluhure awake dewe biyen iso nduweni negoro sing gede koyo Indonesa iki ora kok gur karo turu trus oleh negoro sak mene gedene tapi nganggo getih,, tak baleni maneh NGANGGO GETIH. Trus awake dewe ki tinggal mengkruk wae ojo trus leha leha.. perjuangan kudu ti lanjutke,, nganggo coro piye.. Yo macem2. Sing dadi Guru, ayo berjuang minterke generasi penerus bangsa, peneruse awake dewe kudu luwih pinter luwih ampuh tinimbang awake dewe.. Sing dadi pengusaha, ayo berjuang ningkatke kwalitas produk e awake dewe, piye amrih produke awake dewe iso maju, ora gur nek Indonesa wae tapi iso go internasional, sing mesti produke sing ngewehi manfaat sing apik. Ono sing dadi pengangguran,, kuwi yo kudu berjuang piye amrihe iso nduweni gawean,, sing perlu tak garis ngisori AYO BERJUANG BERJUANG BERJUANG..!!!

Kesimpulane: Wong jowo ojo ninggal jawane, yaiku wong jowo sing asli ki yoiku wong sing  linuwih, kumpulane wong wong pinter,wong sekti, wong huebat ra ono tandinge.. Opo-opo barang sing ticekel wong jowo mesti manfaati.. Ora mung kuwi, wong jowo kudu nduweni sifat kang becik, nduweni sopan santun, nduweni toto kromo...

Mugi-mugi manfaat,, yen ono klera klerune,,, kritik saran kawulo suwun...

Wayang Purwa

Wednesday, June 20, 2012
wayang  kulit
Catatan MazNoer - Wayang Purwa. Dimasa yang lalu wayang purwa/kulit dipergunakan oleh masyarakat Jawa untuk keperluan ritual seperti upacara ruwatan (ruwatan adalah upacara yang diadakan untuk menolak bala - sial - yang dikarenakan secara alami seseorang dilahirkan dengan kondisi membawa kearah malapetaka - atau yang dipercaya akan membawa malapetaka - umpamanya: anak tunggal, anak kembar, anak lelaki yang diapit oleh dua anak perempuan dsb.).

Jelas bahwa wayang tidak lepas dari keseharian kehidupan manusia Jawa dimasa lalu (yang juga masih hidup di pedesaan masa kini) dalam ritus kehidupan sehari-hari.
Dipercaya bahwa budaya wayang sudah ada bahkan sebelum pengaruh agama Hindu datang dengan bukti adanya unsur panakawan (Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong) yang tidak ada dalam cerita asli baik Ramayana ataupun Mahabharata

Walaupun basis cerita wayang adalah Ramayana dan Mahabharata tetapi dalam kenyataannya cerita yang dibawakan sudah bercampur / dirubah dengan cerita yang diperhalus dan disesuaikan dengan budaya Jawa, sebagai contoh :
1. Dewi Drupadi dalam cerita Mahabharata yang asli bersuami lima yaitu semua Pendawa Lima (Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula, Sadewa) dalam pewayangan diceritakan adalah hanya istri Puntodewo/Yudistira.

2. Gatutkaca adalah anak Bima yang raksasa di Mahabharata dan hanya muncul pada saat perang Baratayuda, dijadikan idola pahlawan yang gagah perkasa dalam pewayangan dengan berbagai cerita kesaktiannya dengan ajian seperti Brajamusti yang sampai saat ini masih bisa dipelajari dikalangan masyarakat Jawa.

3. Dalam Mahabharata tidak diceritakan bahwa masing-masing Pandawa Lima diberi daerah kekuasaan, didalam pewayangan diceritakan bahwa Arjuna punya teritorial namanya Madukara, Bima dari Jodipati, Gatutkaca dari Pringgodani dsb.

Dari indikasi di atas jelas bahwa cerita Ramayana dan terutama Mahabarata telah diberikan kandungan lokal sedemikan rupa sehingga mengalami internalisasi dan sangat dekat dengan masyarakat Jawa, termasuk memasukkan unsur panakawan didalamnya.

Bahkan dibeberapa tempat di Jawa diberi nama tempat yang mengesankan seolah-olah kejadian cerita Mahabharata itu memang betul-betul terjadi ditanah Jawa (sebagai contoh didaerah yang sekarang dijadikan waduk Sempor, Gombong, Jawa -Tengah, nama asli desa tersebut adalah Cicingguling yang oleh penduduk setempat dipercaya sebagai tempat dimana Bima berperang melawan Duryudana dengan menghantamkan gadanya dibagian pahanya sehingga Duryudana terpaksa menyisingkan kainnya/celananya - bahasa jawanya menyisingkan adalah cicing dan berguling- guling karena kesakitan, oleh karena itu desa tersebut diberi nama Cicingguling).

Ringkasan Cerita Mahabarata

Tuesday, June 19, 2012
Ringkasan Cerita Mahabarata
Catatan MazNoer - Ringkasan Cerita Mahabarata. Begitu masyhurnya cerita Mahabarata dari India ini. Sampai-sampai orang Indonesia khususnya Jawa sangat terpukau dengan kandungan makna yang tersirat dalam cerita mahabarata tersebut. Berikut adalah ringkasan cerita mahabarata, silahkan di baca dengan pelan-pelan...

Syantanu, Raja Hastnapura ( Delhi ), pergi berburu dan menemui seoarang perempuan yang cantik sekali ditepi sungai. Lalu perempuan itu dikawininnya. Dia berjaji tidak akan menegur segala perbuatan istrinya. Istrinya pun melahirkan tetapi anak yang dilahirkannya satu persatu dihanyutkannya ke sungai. Ketika hendak menghanyutkan anak kedelapannya ke sungai, syantanu membesakan anaknya itu dan melarang istrinya membuang anaknya. Tetapi ternyata istrinya mempunyai alasan kenapa anak-anaknya dihanyutkan ke sungai, ternyata anak-anak mereka terkena kutukan  dan yang diselamatkan oleh syantanu juga telah terkena kutukan oleh  seorang resi.anak yang terkena kutukan itu tidak boleh tinggal dengan syantanu. Dan anak yang dilahirkan itu bernama Bhisma yang gagah berani.

Selang beberapa lama, syantanu pergi berburu pula. Kali ini dia ditemani oleh Satyawati, anak angkat dari raja kail. Sedangkan Bhisma dijadikan masygul olehraja kail. Bhisma juga mengetahui kenapa ia dijadikan kemasygulan  ayahnya itu dan pergi membawa Satyawati ungtuk ayahnya dan bersumpah tidak akan kawin.
Hatta Syantanu pun berangkat dan disusul oleh anaknya tidak lama kemudian. Anaknya meninggalkan dua istrinya yaitu Ambika dan Ambalika. Ambika dan Ambalika disuruh melakukan hubungan badan dengan seorang pertapa sakti untuk mendapatkan anak. Pertapa itu iyalah Wysa yang janggutnya panjang sampai ketanah dan busuk pula. Bila dia memeluk ambika , Ambika menetuk matanya sehingga anak yang di lahirkannya, Dhretaratra buta. Sedangkan dia memeluk Ambalika, Ambalika pun pucat, sehingga anak yang dilahirkan, Pandu mejadi pucat.

Pandu mempunyai dua orang istri, kunti dan madri. Karena pernah dikutuk oleh pertapa, pandu tidak boleh menjamah istrinya. Pernah suatu ketika kunti memuja dewa dan ia akan dianugrahi 5 orang anak. Untuk mengujinya maka Kunti pun memuja dewa surya (matahari ) dan mendapatkan anak, tapi pada waktu itu anaknya dibuang karena belum sama kawin.

Pada suatu hari, setelah kelahiran anak-anaknya pandu bertamasya kehutan rimba. Melihat alam yang begitu indah, timbul rasa birahinya. Pandu mencoba memeluk madri dan akhirnya jatuh mati. Madri membela kematian suaminya.

Sesudah kemangkatan Pandu, Dhretarastra lalu naik kerajaan. Dhrestarastra mencari seorang guru yang mahir untuk mendidik anaknya (para dewa )  bersama-sama dengan putra adinya para Pandawa. Guru yang dicari untuk mengajar adalah Drona, Bhradwaja. Konon kabarnya Drona dulu Drona pernah dalam kemiskinan dan meminta tolong kepada teman akrabnya tetapi tidak dilayani dan akhirnya Drona mengajar beberapa murid untuk membalas dendam.

Pada suatu hari, Drona  mengumpulkan para putra raja  dan minta supaya mereka mengerjakan satu perkara dan tidak seoarngpun menjawab.  Hanya pandawa yang ketiga, arjuna,  menyatakan kesediaan menolong gurunya.karena itu pula Arjuna menjadi jurid kesayangan Drona.

Arjuna menjadi pemanah yang pandai sekali. Tapi pada suatu hari ia bertemu dengan seorang pemuda yang lebih pandai memanah darinya. Pemuda yang dimaksud adalah Eklawya, Ajuna pun memberitaukan hal ini kepada Drona, lalu Drona bertanya kepada Eklawya siapa gurunya. Kemudian Eklawya menunjukkan patung Drona yang ada disitu taulah Drona yang sudah terjadi dan meminta upah kepadanya. Upahnya ialah ibujari Eklawya. Sesudah memberikan ibu jarinya, Eklawya kehilangan kekuatannya. Arjuna pun menjadi pemanahan yang tak ada tolak badingnya pada zaman itu.

Pada suatu hari sayembara diadakan oleh raja dhretasatra. Para Pandawa, Yudhistira, Bhima, Arjuna, Nakula dan Sadewa, sudah berkumpul di medan sayembara. Demikian juga para kurawa dibawah pimpinan Duryodhana. Pertarungan Bhima dan Duryodha sedemikian hebatnya, sehingga Drona merasa perlu menghentikan permainannya, takut kalau jadi perkelahian. Sekarang Drona meminta ganjaran dari para muridnya. “tangkaplah Drupada, Raja Pancala”, datang menghadap saya.

Mula-mula para Kurawa dengan bantuan Karna, pergi menangkap Drupada, tetapi sia-sia saja. Kemudian para Pandawa pun pergi. Dengan mudah saja Arjuna menangkap Drupada dan mebawanya menghadap Drona. Drona melepaskan Drupada , tujuannya hanya ingin membuat malu saja, lalu Drupada berniat membalas dendam.

Dhretarastra berfikir untuk mengangkat Yudhistira menjadi raja, karna memang kerajaan milik ayah Yudhistira. Dalam pada itu, nama Pandawa sudah dikenal dimana-mana karna keperwiraan mereka. Doryodhana anak Dhretarastra sangat dengki kepada para Pandawa. Doryodhana membuat istana yang terbuat dari bahan-bahan yang mudah terbakar di Warnawata. Ia memuji keindahan istananya dan membujuk para pandawa untuk menempatinya. Seorang mentri yang setia, Widura, member tau para Pandawa tentang tipu muslihat Doryodhana dan meminta mereka berhati-hati. Karena itu, suatu waktu kemudian, ketika istana terbakar para Pandawa bias menyelamatkan diri. Sesudah itu merekapun hidup sebagai Bharmana.

Raja Pancala, Drupada, mengadakan sayembara untuk memilih menantu. Barang siapa yang dapat melentuk panah pusakanya, akan dikawinkan dengan Drupadi, anaknya yang rupawan. Tidak seorangpun yang bias melakukannya, ketika Karna hendak melenturkan panah, Drupadi berteriak “ saya tak mau kawin dengan anak tukang kandang”.

Terpaksalah Karna mengundurkan diri. Keluarlah Arjuna mencoba kepandaiannya. Lima kali Arjuna memanah. Setiap kali anak panahnya mengena cincin yang tergantung tinggi. Para Brahman bersorak gembira. Tetapi para raja marah, tak patut Brahmana diambil menjadi mantu. Krisna member tahu kepada raja bahwa Ajuna sebenarnya bukan brahmana, melainkan anak Pandu. Pedamaian pun di capai. Para Pandawa membawa Drupadi pulang ketempat mereka. Mereka member tau Kunti, ibu mereka bahwa meraka mendapat hadiah besar hari itu, Kunti menjawab “Nikmatilah hadiah itu bersama-sama”.

Baru kemudian Kunti mengetahui, bahwa hadiah itu dalah seorang perempuan. Apa boleh buat, perkataan tidak dapat diubah. Drupadi lalu menjadi istri bersama para Pandawa.

Di hutan belanta, para Pandawa membangun istana yang indah. Hutan belanta menjadi negeri yang kaya raya. Dan Yudhistira pun mengadakan korban pertabalan ( Rajasuya). Semua raja yang besar-besar diundang ke Ibukota oleh para Pandawa. Pada hari pertabalan, Krina dipilih menduduki tempat pertama. Seorang tamu sisupala tidak setuju. Yudhistira dan Bhisma sangat marah. Bhisma bangun menceritakan sejarah sisupala, bahwa jika ia berani mengganggu Krisna samapai seratus kali, ia akan mati sendiri. Sisupala makin marah, mau menetak Krisna, Karena ini adalah gangguan yang ke-101 kali, sisupala lau mati seperti yang diramalkan.

Duryodhana juga ikut hadir dalam pertabalan Yudhistira. Ia tinggal di istana Yudhistira dan menyaksikan dengan mata sendiri segal perlengkapan istana yang indah-indah. Hatinya semakin dengki. Sekembali dari istana Yudhistira, ia mencari jalan untuk membinasakan para Pandawa. Duryodhana  tahu bahwa Yudhistira jujur, kuat memegang janjinya, tetapi mempunyai kelemahan, yaitu suka berjudi.
Dalam rentan tahun yang agak lama banyak kejadian yang terjadi dalam dalam hutan, salah satu yang terjadi adalah peperangan Pandawa dengan kurawa .

Pandawapun menang perang. Yudhistira ditabalkan menjadi raja memerintah hastinapura.

Mengenal Punakawan

Saturday, June 16, 2012
Punakawan
Catatan MazNoer - Mengenal Punakawan. Punakawan berarti kawan yang mengiringi. Punakawan hanya ada dalam kisah Wayang ketika telah mengalami gubahan di tanah Jawa.
Punakawan terdiri dari empat, yaitu sang ayah, Semar, Dan anak-anaknya, Gareng, Petruk, dan Bagong.
Kisah kehidupan Punakawan begitu lama, dari sejak jaman Purwacarita sampai dengan jaman setelah kejayaan Parikesit. Tidak jelas kapan dan bagaimana terjadinya kematian mereka.

Punakawan, memiliki kedudukan istimewa di mana mereka sebenarnya adalah orang-orang yang memiliki wawasan tinggi dan luas tentang kehidupan, sampai kemudian membuat mereka berkeputusan untuk membuang jauh apa yang bersifat dunia, pangkat, kekayaan.


Mereka memilih hidup sebagai abdi, dan istimewanya, mereka mengabdi raja-raja besar dari sejak jaman Harjunasasra sampai Parikesit. Merekalah yang selalu mengingatkan raja-raja mereka bila khilaf atau melakukan kesalahan.

Para pujangga Jawa dalam karya-karya sastra mereka mengisahkan Semar bukan sekadar rakyat jelata biasa, melaikan penjelmaan Batara Ismaya, kakak dari Batara Guru, raja para dewa.

Dalam pewayangan Jawa Tengah, Semar selalu disertai oleh anak-anaknya, yaitu Gareng, Petruk, dan Bagong. Namun sesungguhnya ketiganya bukan anak kandung Semar. Gareng adalah putra seorang pendeta yang mengalami kutukan dan terbebas oleh Semar. Petruk adalah putra seorang raja bangsa Gandharwa. Sementara Bagong tercipta dari bayangan Semar berkat sabda sakti Resi Manumanasa.

Dalam pewayangan Sunda, urutan anak-anak Semar adalah Cepot, Dawala, dan Gareng. Sementara itu, dalam pewayangan Jawa Timuran, Semar hanya didampingi satu orang anak saja, bernama Bagong, yang juga memiliki seorang anak bernama Besut.

Semar memiliki bentuk fisik yang sangat unik, seolah-olah ia merupakan simbol penggambaran jagad raya. Tubuhnya yang bulat merupakan simbol dari bumi, tempat tinggal umat manusia dan makhluk lainnya.

Semar selalu tersenyum, tapi bermata sembab. Penggambaran ini sebagai simbol suka dan duka. Wajahnya tua tapi potongan rambutnya bergaya kuncung seperti anak kecil, sebagai simbol tua dan Ia berkelamin laki-laki, tapi memiliki payudara seperti perempuan, sebagai simbol pria dan wanita. Ia penjelmaan dewa tetapi hidup sebagai rakyat jelata, sebagai simbol atasan dan bawahan.


Keistimewaan Semar

Semar merupakan tokoh pewayangan ciptaan pujangga lokal.Meskipun statusnya hanya sebagai abdi, namun keluhurannya sejajar dengan Prabu Kresna dalam kisah Mahabharata. Jika dalam perang Baratayuda menurut versi aslinya, penasihat pihak Pandawa hanya Kresna seorang, maka dalam pewayangan, jumlahnya ditambah menjadi dua, dan yang satunya adalah Semar

dalam pementasan wayang yang bertemakan Ramayana, para dalang juga biasa menampilkan Semar sebagai pengasuh keluarga Sri Rama ataupun Sugriwa. Seolah-olah Semar selalu muncul dalam setiap pementasan wayang, tidak peduli apapun judul yang sedang dikisahkan.

Dalam pewayangan, Semar bertindak sebagai pengasuh golongan kesatria, sedangkan Togog sebagai pengasuh kaum raksasa. Dapat dipastikan anak asuh Semar selalu dapat mengalahkan anak asuh Togog.

Hal ini sesungguhnya merupakan simbol belaka. Semar merupakan gambaran perpaduan rakyat kecil sekaligus dewa kahyangan.

Jadi, apabila para pemerintah – yang disimbolkan sebagai kaum kesatria asuhan Semar – mendengarkan suara rakyat kecil yang bagaikan suara Tuhan, maka negara yang dipimpinnya pasti menjadi negara yang unggul dan sentosa.
Karya Sastra dari Sunan Bonang

Karya Sastra dari Sunan Bonang

Friday, June 15, 2012
Catatan MazNoer - Karya Sastra dari Sunan Bonang. Siapa Sunan Bonang itu ? Sunan Bonang adalah ulama sufi, ahli dalam berbagai bidang ilmu dan sastra. Juga dikenal sebagai ahli falak, musik dan seni pertunjukan. Menguasai bahasa dan kesusastraan Arab, Persia, Melayu dan Jawa Kuno. Nama aslinya ialah Makhdum Ibrahim. Lahir pada pertengahan abad ke-15 M dan wafat pada awal abad ke-16 M.

Setelah mempelajari bahasa Arab dan Melayu, fiqih, usuluddin, tafsir Qur’an, hadis dan tasawuf; bersama saudaranya Sunan Giri dia pergi ke Mekkah dengan singgah terlebih dahulu di Malaka, kemudian ke Pasai. Di Malaka dan Pasai mereka mempelajari bahasa dan sastra Arab lebih mendalam. Sejarah Melayu merekam kunjungan Sunan Bonang dan Sunan Giri ke Malaka sebelum melanjutkan perjalanan ke Pasai.


Sepulang dari Mekkah, melalui jalan laut dengan singgah di Gujarat, India, Sunan Bonang ditugaskan oleh ayahnya untuk memimpin masjid Singkal, Daha di Kediri. Di sini dia memulai kariernya pertama kali sebagai pendakwah.

Karya-karya Sunan Bonang dikelompokkan menjadi dua:

(1) Suluk-suluk yang mengungkapkan pengalamannya menempuh jalan tasawuf dan beberapa pokok ajaran tasawufnya yang disampaikan melalui ungkapan-ungkapan simbolik yang terdapat dalam kebudayaan Arab, Persia, Melayu dan Jawa.
    Di antara suluk-suluknya ialah Suluk Wujil, Suluk Khalifah, Suluk Kaderesan, Suluk Regol, Suluk Bentur, Suluk Wasiyat, Suluk Pipiringan, Gita Suluk Latri, Gita Suluk Linglung, Gita Suluk ing Aewuh, Gita Suluk Jebang, Suluk Wregol dan lain-lain
(2) Karangan prosa seperti Pitutur Sunan Bonang yang ditulis dalam bentuk dialog antara seorang guru sufi dan muridnya yang tekun. Bentuk semacam ini banyak dijumpai sastra Arab dan Persia.

Cerita Mahabarata Sebagai Sejarah Bangsa Bharata

Cerita Mahabarata Sebagai Sejarah Bangsa Bharata

Tuesday, June 12, 2012
Catatan MaznOer - Cerita Mahabarata sebagagai sejarah bangsa bharata
Dulu cerita Mahabarata sebenarnya ialah sejarah bangsa bharata yang terdiri dari 24.000 seloka. Tetapi dengan peredaran zaman, macam – macam cerita dongeng dimasukan kedalamnya, misalnya dongen tentang brahmana, wisnu, dan siwa. Ditambah filsafat, undang-undang  kaum brahmana dan dongeng-dongeng didaktis, dan syair orang perpata, sehingga  akhirnya epos ini menjadi satu epos yang maha luas.

Ia bukan epos biasa lagi, ia sudah menjadi buku suci orang hindu, buku yang menerangkan cara hidup orang  hindu, susunan masyarakat dan politiknya serta pemikiran dan kebudayaan orang hindu. Mahabarata juga di anggap sebagai hukurik veda yang ke lima yang boleh dibaca oleh semua orang, baik perempuan maupun sudra yang sudra yang rendah kedudukanya ( veda – veda yang lain tidak boleh dibaca oleh perempuan dan kasta sudra ). Hanya orang hindu yang tidak berpendidikan, mengetahui serba sedikit tetang kebudayaan diri sendiri melalaui Mahabharata.

Bukan itu saja Mahabarata juga menjadi buku dramasastra, buku pelajaran yang menerangakan kewajiban manusia, baik raja, kesatria, brahmana, maupun kasta – kasta lain dari masyarakat. Pengertian darma sangat di pentingkan. Sebelum perang besar dimulai, arjuna bimbang dan tak sangup menghadapi guru, paman, dan saudarnya dalam peperangan yang akan terjadi. Krisna dalam satu syair yang sangat terkenal, yaitu bhagawadgita, menerangkan bahwa drama( kewajiban ) seorang kesatria ialah berperang. Orang yang menjalankan tugas (dharma) bukan saja tidak berdosa bahkan mendapat pahala dari Tuhan. Sebaliknya , kesatria yang tak berani membunuh di medan perang,  dialah orang yang di angap berdosa.

Seperti manusia menangalkan pakaian using dan mengenakan pakaian baru, demikian juga atma melepaskan raga yang tua dan beralih raga yang baru. Krisna bertanya kepada arjuna. Ahirnya krisna menyuruh arjuna membebasskan diri dari suka dan duka. Manusia yang dapat melepaskan segala hawa nafsunya dan berkelana tanpa keinginan dan tanpa ingat akan menarik ke untungan untuk diri sendiri, memperoleh ketwenangan dalam jiwanya.

Menurut tradisi, vyasa adalah penyair dan penyusun Mahabharata. Mahabarata di ajarkan pada suku, anak wiyasa sendiri dan murid-muridnya. Menurut perkiraan, Mahabharata sudah mempunyai bentuk seperti sekarang ini pada abad 15 masehi.